Lazada Philippines

Saturday, 28 September 2013

Jika Esok Tak Pernah Datang

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?

Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.

Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.

Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”

Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.

[Norma Cornett Marek ~ 1989]

Thursday, 19 September 2013

Sebuah Kisah Yang Indah

Sebuah kisah yg Indah.. Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, ” Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!”  Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain.
Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya.  Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana , memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialamai.  Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, “Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu.  Bagaimana kamu dapat melakukannya? ” Jerry menjawab, “Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik.
Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada sesorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih sisi positifnya.”  “Tetapi tidak selalu semudah itu,” protesku. “Ya, memang begitu,” kata Jerry, “Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang disekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup.”
Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.
Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut.  Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, “Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku? ” Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan.  “Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang,” jawab Jerry.
“Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup.”  “Apakah kamu tidak takut?” tanyaku. Jerry melanjutkan, ” Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh.
Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata ‘Orang ini akan mati’. Aku tahu aku harus mengambil tindakan.”  “Apa yang kamu lakukan?” tanya saya. “Disana ada suster gemuk yang bertanya padaku,” kata Jerry. “Dia bertanya apakah aku punya alergi. ‘Ya’ jawabku..
Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteriak, ‘Peluru!’ Ditengah tertawa mereka aku katakan, ‘ Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati’.”  Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan.
Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya.  Satu hal yang benar-benar milikmu yang tidak bisa dikontrol oleh orang lain adalah sikap hidupmu, sehingga jika kamu bisa mengendalikannya dan segala hal dalam hidup akan jadi lebih mudah.

Thursday, 29 August 2013

Hidup Adalah Pilihan

Ada 2 bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku diatas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk2 daunku"...Dan bibit itupun tumbuh, makin menjulang...

Bibit yang kedua berguman..."Aku takut,jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini,aku tak tahu apa yang akan kutemui dibawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas2ku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput2 mencoba untuk memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak! Akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman"...Dan bibit itupun menunggu dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan menaploknya segera.

Memang selalu ada saja pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon2 yang harus kita jalani. Namun seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan2 untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup.
Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan gagah..Dan karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak...  

Sumber

Tuesday, 13 August 2013

Mengubah Cinta Menjadi Emas

Kisah Matthias Steiner mampu membuat yang mendengar maupun membaca kisahnya menitikkan air mata, atlet angkat berat ini pada awalnya adalah warga negara Austria dan pada tahun 2004 ia bisa mewakili negaranya Austria mengikuti Olimpiade Athena. Namun ia hanya mampu menduduki urutan ke-7 sehingga gagal mempersembahkan medali. Saat itu para staf pelatih angkat berat Austria sangat kecewa dengan prestasinya dan menyebutnya sebagai "Atlet yang tidak dibutuhkan"


Pada waktu kehidupannya terjatuh ke dalam jurang penderitaan, seorang gadis Jerman bernama Susann menyaksikan Steiner berpartisipasi dalam kontes angkat besi di TV. Dia kemudian meminta komentator Eurosport untuk mendapatkan alamat email-nya, sampai mereka memberikan kepadanya. Dia menghubungi Steiner, dan dia setuju untuk menemuinya di Lower Austria. Mereka berdua segera saling jatuh cinta dan menikah tak lama setelah itu dan Ia memutuskan pindah kewarganegaraan demi sang istri.

Sang istri sangat mendukung Steiner untuk meraih mimpinya, yaitu berlaga di Olimpiade Beijing 2008 mewakili Jerman. Karena adanya dukungan istri tercinta, Ia dengan penuh semangat berlatih. Sayang sekali, cobaan Tuhan datang lagi,  pada tanggal 16 Juli 2007 di saat semangatnya membara dan berlatih dengan gigihnya ia mendapat kabar buruk bahwa istri tercintanya Susann meninggal karena mengalami kecelakaan lalu lintas.

Ia kembali terjatuh ke dalam jurang penderitaan yang sangat dalam, selama 4 minggu ia habiskan dengan bermabuk-mabukan. Hingga pada suatu kesempatan, saat ia sedang mabuk berat, arwah istrinya muncul dalam mimpi dan mengingatkannya akan janji dan mimpi mereka bersama, yaitu keikutsertaannya dalam Olympiade Beijing 2008 dan meraih prestasi tertinggi.

Setelah sadar dari mabuknya, Ia bertekad untuk mewujudnyatakan janji dan mimpi mereka. Setelah kehilangan 7 kilogram (15 pon) atau 8 kilogram (18 pon) berat badan, ia dapat melanjutkan latihannya  dan pada tanggal 23 Januari 2008 Ia lolos kualifikasi mewakili negara barunya untuk berlaga di Olimpiade Beijing.

Agustus 2008, sampailah ia ke babak final angkat berat kelas 105 kg Olimpiade Beijing. Di kelas ini ia bersaing dengan Evgeny Chigishev (Rusia) serta juara Eropa dan dunia Viktors Scerbatihs (Latvia).

Pada angkatan snatch, Steiner mampu mengangkat beban 203 kg. Namun itu hanya menempatkannya di posisi keempat. Ia mencoba menambah beban sebanyak 7 kg tapi gagal. Lebih buruknya, ia juga hampir gagal melewati lawan-lawannya saat berkompetisi di clean and jerk. Di percobaan kedua ia mampu mengangkat 248 kg. Namun itu tak cukup menjadi juara karena Chigishev mampu mengangkat hingga 250 kg. Total angkatan Chigishev 460 sedangkan ia hanya 451.





Satu-satunya peluang agar ia juara adalah ia harus menambah beban 10 kg hingga 258 kg. Belum pernah ia mengangkat beban seberat itu. Tetapi itulah harapan terakhirnya. "Saya sudah merasa kalah, tetapi mendiang istri saya jadi dorongan terbesar saya," katanya. Dan akhirnya ia berhasil merebut medali emas, pada saat berdiri diatas panggung untuk menerima medali emas ia membawa serta foto mendiang istrinya dan berkata dalam hati "sayang... medali emas ini sebagai hadiah untukmu".



Videonya :

Saturday, 20 July 2013

Pengorbanan Adik Kepada Kakaknya

Angella dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi- tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama,saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!” Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu- debu dari adikku semuanya, dan tersekat- sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…” Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana- mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..” Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu- batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.” Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?” Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?” Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggamtanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir ia menjawab, “Kakakku.” Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.” Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Semoga Cerita Kisah Nyata yang inspiratif dan Mengharukan di atas dapat kita ambil hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Terima kasih

Sumber

Tuesday, 11 June 2013

Kisah Mengharukan Anak Kuda dan Boneka Beruang

Kisah mengharukan ini benar-benar terjadi di Dartmoor National Park. Dilansir dari situs Dailymail.co.uk, seekor anak kuda bernama Breeze yang baru lahir kehilangan ibunya. Sebagai bayi mamalia, anak kuda ini membutuhkan kehadiran ibunya untuk memberi perlindungan dan kasih sayang, tetapi dia sudah tidak memiliki ibu. Tim medis khusus hewan menemukan Breeze yang baru lahir tidak sadarkan diri karena dehidrasi setelah seorang diri mencari ibunya.

Di taman nasional tempatnya lahir, bayi kuda poni yang kehilangan ibunya ini berjuang mencari ibunya. Naluri alami kuda mirip seperti manusia, ingin berada di dekat ibunya untuk mendapat kasih sayang. Tim taman nasional sudah berusaha mencari keberadaan ibu Breeze, tetapi tidak ditemukan. Anak kuda poni itu akhirnya dirawat dengan infus, obat-obatan dan susu.

"Sayang sekali Breeze tidak punya ibu untuk merawatnya," ujar Syra Bowden, direktur eksekutif taman nasional. "Mereka (anak kuda) sama seperti bayi manusia, ingin mendapatkan kenyamanan," lanjutnya. Karena itu, tim medis taman nasional memberikan mainan untuk Breeze agar dia bisa merasa nyaman.

Upaya tim membuahkan hasil, Breeze tampak nyaman dengan sebuah boneka beruang yang cukup besar. Boneka beruang itu seolah bisa menggantikan kehangatan dan kenyamanan dari ibu yang dia cari. Beberapa foto menunjukkan bagaimana Breeze tidur di pangkuan boneka beruang, mengendus wajah boneka dan bisa bermanja-manja dengan boneka menggemaskan tersebut.

Walaupun boneka itu hanya benda mati, cinta bisa datang dari media apapun. Dengan kenyamanan yang didapat, kesehatan Breeze makin lama makin baik. Syra Bowden mengatakan bahwa kondisi Breeze sangat menyedihkan saat pertama kali ditemukan, tetapi sekarang dia sudah makin sehat dan terus tumbuh menjadi anak kuda yang kuat.

Sedikit cinta dan kasih sayang dari benda mati bisa membuat bayi kuda ini makin sehat. Jika benda mati bisa memberikan rasa nyaman, bukankah seharusnya kita bisa memberikan lebih banyak cinta untuk sesama manusia?
Semoga kisah nyata ini bisa menjadi inspirasi kita semua.
Sumber

Monday, 10 June 2013

Mendirikan Peringatan Untuk Mengenang Sang Anak

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University. Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge. “Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut. “Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat. “Kami akan menunggu,” jawab sang wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya. “Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap. Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.” “Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.” Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.” Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang.

Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS. Kita, seperti pimpinan Harvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap menipu.

Sumber

Remaja 15 Tahun Jadi Pengusaha Sandal Jepit Sukses

Ia baru mendirikan bisnisnya dua tahun lalu, namun seorang remaja asal Houston Madison Robinson hingga kini belum pernah merasa kesulitan seperti layaknya wirausaha baru lainnya.

Setiap pembeli yang ia dekati selalu memesan merek sandalnya: Fish Flops for Kids.

Madison mendapat ide sandal bergambar makhluk laut dengan cahaya yang berkelap-kelip yang dioperasikan dengan baterai saat ia masih berusia 8 tahun, saat tinggal di pantai Galveston Island, Texas. 

Ayah Madison, Dan, adalah seorang mantan bankir yang beralih profesi menjadi perancang T-shirt. Ia membantu Madison mengubah gambar rancangan yang telah ia buat menjadi produk jadi dan membuat sampel produk. 

Lebih dari 30 toko memesan produk itu saat pertama kali ditampilkan di pameran perdagangan, sehingga Dan bekerja sama dengan sebuah pabrik di luar negeri dan mulai mendistribusikannya pada Mei 2011.

Diluncurkan dengan dana dari “teman dan keluarga”, usaha tersebut semakin menguntungkan, ujar Dan. Sandal tersebut kini dijual online, di berbagai retail butik dan di 60 toko Nordstorm di seluruh negeri dengan harga berkisar antara $20 (Rp195 ribu) sepasang. 

Mereka juga akan segera merilis situs FlipFlopShops.com, dan para pembeli Macy’s di New York baru-baru ini meminta Madison merancang sebuah produk untuk wanita dewasa. 

Lebih dari 60 ribu pasang sandal telah terjual pada 2012, sehingga berhasil mendatangkan pendapatan sebesar $1,2 juta (Rp11,7 miliar). Dan Robinson mengatakan bahwa putrinya, yang akan lulus dari kelas 9, telah menyisihkan cukup keuntungannya untuk biaya kuliahnya nanti.

Madison yang masih berusia 15 tahun  menggambar semua rancangan sandalnya dan memilih kombinasi warnanya secara digital, namun ia juga belajar bagaimana mengirim produk, menyimpan stok barang, menjelaskan harga yang ia patok, membawakan produknya di pameran dan meningkatkan penjualan.

Ia juga telah menguasai pemasaran via media sosial. Melalui akun Twitter @FishFlops ia berhasil membuat putri dari pembawa acara Entertainment Tonight, Nancy O’Dell memakai produk sandalnya, dan berhasil menarik perhatian tokoh kebugaran HSN Tony Little. 

Tetapi untuk masuk ke Nordstrom, Madison menggunakan teknik penjualan kuno. "Saya menulis surat kepada pembeli," katanya kepada reporter Houston Fox.

Di Teen Choice Awards 2011, ia berhasil membuat para selebritas untuk menandatangani 300 pasang Fish Flops untuk para pasien di rumah sakit anak di Texas. Dan dengan menyumbang 10 ribu pasang Fish Flops untuk anak yatim piatu dan mendukung Texas Parks & Wildlife’s K-12 State Fish Art Contest, ia berhasil memiliki citra yang baik di media.

Fish Flops, menurut Madison, sangat kokoh dan dibuat tanpa membuat lubang di sol sehingga tali tidak mudah putus seperti halnya pada sandal jepit pada umumnya.

Pengalaman juga telah mengasah kemampuannya untuk berbicara di depan umum. Semua praktik yang ia lalui dengan tampil menjelaskan produknya di pameran industri dan membuat presentasi kepada para pembeli pusat perbelanjaan yang sulit ditaklukan, "membuatnya lebih mudah untuk tampil di kelas dan berbicara," ujarnya.

Madison menunggu untuk membelanjakan uang hasil keuntungannya. "Ayah saya tidak akan membiarkan saya menyentuh uang itu," katanya. "Ini untuk kuliah." 

Gebrakan apa yang akan dilakukan pendiri Fish Flops selanjutnya? Setelah libur musim panas ia berharap untuk bisa mengambil kelas bisnis dan keuangan di kelas 10. Ia juga berencana untuk belajar bisnis di perguruan tinggi. “Nantinya, saya ingin melakukan sesuatu sendiri,” ujarnya.

Sumber

Friday, 10 May 2013

Persahabatan Adalah Hal Terindah

Jika sebagian besar anjing dan kucing tak bisa akur satu sama lain, maka hal berbeda terjadi di Wales, Inggris.

Seekor anjing berusia delapan tahun bernama Terfel mengalami nasib malang. Dokter hewan memvonis Terfel mengidap katarak. Akibatnya, anjing berwarna coklat ini tak bisa melihat dan harus menghabiskan hari-harinya di keranjang tempat tidurnya.

"Dia selalu menabrak saat berjalan di sekitar rumah," kata pemilik Terfel, Judy Godfrey-Brown (57).

Suatu malam, Judy "menampung" seekor kucing liar di rumahnya. Siapa sangka si kucing ini kemudian menjadi bagian lembaran hidup baru Terfel.

Judy melihat si kucing yang "menuntun" Terfel keluar dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan di taman sekitar kediaman Judy.

"Saya tak pernah melihat hal seperti ini. Biasanya anjing dan kucing tidak pernah akur," ujar pensiunan pegawai negeri ini.

Si kucing nampaknya mengetahui kondisi Terfel yang tidak bisa melihat itu. Melihat situasi tersebut, Judy akhirnya memutuskan untuk memelihara kucing itu dan menamainya Pwditat. Sejak saat itulah Pwditat selalu menjaga kawan barunya, Terfel.

"Dia menggunakan kakinya untuk membantu Terfel menemukan jalan," kata Judy seperti dikutip The Sun.

"Kini mereka tak terpisahkan. Keduanya bahkan kini tidur bersama," tambah Judy sambil tersenyum.
Memang, persahabatan adalah hal terindah.


Monday, 6 May 2013

Kisah Hidup Sukses Nick Vujicic Yang Tanpa Tangan Dan Tanpa Kaki



Terlahir sebagai seorang cacat dengan banyak kekurangan…ternyata tidak menghalangi seorang Nick Vujicic untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Sempat depresi dan ingin bunuh diri diusia 8 tahun….namun kemudian dia sadar bahwa hidup harus dia syukuri…apapun keadaannya. 


Akhirnya perlahan namun pasti…dia menjadi seorang motivator hebat yang mendunia…dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi. Lebih lanjut mengenai kisah hidup seorang Nick Vujicic…simak artikel berikut yang saya terjemahkan dari wikipedia :


Nicholas James Vujicic (lahir 4 Desember 1982) adalah seorang pengkhotbah, seorang pembicara motivasi dan Direktur organisasi nirlaba Hidup Tanpa Limbs. Lahir tanpa anggota badan karena gangguan Tetra-amelia langka, Vujicic harus hidup dengan kesulitan dan penderitaan sepanjang masa kecilnya.

Namun, ia berhasil mendapatkan lebih dari kesulitan ini dan, di usia tujuh belas tahun, memulai organisasi sendiri nirlaba Life Without Limbs. Setelah sekolah, Vujicic masuk universitas dan lulus dengan nilai bagus. Dari titik ini, ia mulai perjalanan sebagai seorang pembicara motivasi dan hidupnya menarik lebih banyak liputan media massa. Saat ini, dia secara teratur memberikan pidato tentang topik, seperti cacat, harapan, dan menemukan arti hidup.

Videonya :

Thursday, 3 January 2013

Sebuah Puisi Yang Memberi Kekuatan

Pada tahun 1995 tim Rugby dari negara Afrika Selatan memenangkan Piala Dunia Rugby dan yang menjadi rahasia kesuksesan mereka adalah sebuah puisi yang berjudul "Invictus" ("Tak Terkalahkan" dalam bahasa Latin) yang menjadi hadiah inspirasi dari Nelson Mandela (Pahlawan Pejuang Kemerdekaan dan Presiden kulit hitam pertama yang memimpin Afrika Selatan) kepada kapten tim Rugby Afrika Selatan François Pienaar.

Nelson Mandela yang pernah dipenjarakan di Pulau Robben, sering membacakan puisi tersebut untuk tahanan lain dan Beliau sendiri juga memperoleh kekuatan darinya.

Puisi tersebut ditulis pada 1875 dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1888. Puisi Invictus merupakan karya penyair Inggris "William Ernest Henley" Pada usia 12 tahun, Henley menjadi korban Penyakit tuberkulosis tulang. Beberapa tahun kemudian, penyakit ini berkembang ke kakinya, dan dokter menyarankan satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidupnya adalah Amputasi langsung pada lutut bagian bawah. Kakinya diamputasi saat ia berusia 25 tahun. Pada tahun 1875, ia menulis puisi "Invictus" diatas tempat tidur rumah sakit. Meskipun cacat, ia bertahan dengan satu kaki utuh dan memimpin sebuah kehidupan yang aktif sampai kematiannya pada usia 53 tahun.

INVICTUS (TAK TERKALAHKAN)
Dari malam yang menyelimutiku
Sehitam lubang yang dalam
Aku berterima kasih kepada Tuhan
Dimanapun Ia berada 
Atas jiwaku yang tak terkalahkan
Di dalam keadaan yang menimpaku
Aku tak mengeluh ataupun menangis
Dibawah tempaan takdir
Jiwaku berdarah namun tak terpatahkan
Dibalik tempat amarah dan air mata ini
Hanya menguntip horror kematian
Namun, ancaman bertahun-tahun akan menemukanku
Tanpa rasa takut
Seberapapun kuatnya gerbang
Seberapapun beratnya hukuman
Aku adalah penguasa takdirku
Aku adalah kapten jiwaku

Wednesday, 2 January 2013

Catatan Harian Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines. Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 17 juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Ppeking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Diantara penumpang, saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua, dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum, ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh di meja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan Anda kalau haus silahkan minum, pada saat itu dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang diarahkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak dilayani malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Kami membujuk terus, akhirnya dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya. Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja dikota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking. Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orangtuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking. Anak sulungnya tidak tega orangtua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dan dia bersikeras dapat pergi sendiri. Akhirnya dengan terpaksa disetujui oleh anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan di bandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut.
Kami menanyakan mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarang, takut merusak barang didalam pesawat.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil ? dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa di mata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri , perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa dan tidak akan saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak. Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – beragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.
Janganlah kita memandang orang dari penampilan luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.